Minggu, 12 November 2017

BELAJAR TOLERANSI DARI MASA HINDU-BUDDHA

          Toleransi merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki setiap orang di dunia. Dengan adanya toleransi kita bisa mengontrol diri kita dalam berbagai hal. Kita akan menjadi pribadi yang menjunjung tinggi rasa saling menghargai dan menghormati ketika kita mampu mengimplementasian nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bersama.
          Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam suku ras dan agama. Maka dengan kata lain, Indonesia merupakan negara dengan tingkat pluralitas atau keberagaman yang sangat tinggi. Semua itu tidak terlepas dari sejarah terbentuknya Indonesia yang sajak dulu mau terbuka dengan budaya-budaya luar dan menjadikan Indonesia menjadi negara yang sekarang ini. Bangsa Indonesia itu dibentuk berdasarkan berbagai perbedaan dan keberagaman maka mau tidak mau kita harus saling menghargai satu sama lain. Atas dasar ini pula para founding father's bangsa mencetuskan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika". Dengan tingkat pluralitas yang tinggi ini seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia mau mengamalkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
          Bila membahas toleransi mari kita sejenak mengenang sejarah bangsa kita kembali. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha bangsa kita sudah menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai toleransi. Pada saat itu mereka sudah mampu memahami pentingnya menghargai. Pasti kita semua sudah paham apa itu yang dimaksud dengan candi bukan? Iya, candi merupakan tempat yang dianggap suci bagi agama Hindu-Buddha pada masa itu yang dipergunakan untuk melakukan pemujaan kepada dewa-dewa.
           Banyak candi-candi ditemukan di pulau Jawa, baik itu candi yang bercorak Hindu maupun Buddha. Ada yang menarik bila kita melihat keberadaan candi disekitar daerah Jawa Tengah. Banyak candi-candi Hindu-Buddha yang letaknya berdekatan. Mengapa saya anggap ini menarik, pertama adanya banyak candi yang berbeda ini dikarenakan pada saat itu ada dua dinasti yang bertahta di sana, yaitu dinasti Sanjaya dan Saylendra. Dinasti Sanjaya dengan corak Hindu-Jawanya dan dinasti Saylendra dengan corak Buddha. Kedua, letak candi yang berbeda corak agamanya ini berada di lokasi yang tidak begitu jauh. Seperti contoh letak candi Prambanan (Hindu) dengan candi Sewu (Buddha).

Letak Candi Prambanan dan Candi Sewu yang berdekatan
Dari bukti sejarah yang ada, kita bisa mengetahui tingkat toleransi beragama pada masa itu. Letak candi dengan corak agamanya berbeda namun saling berdampingan ini menunjukkan bahwa tingkat toleransi dalam beragama sangat tinggi. Kita seharusnya sebagai bangsa Indonesia yang hidup dalam keberagaman bisa menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus belajar dari cara hidup beragama pada masa kerajaan Hindu-Buddha pada saat itu. Dengan semakin berkembangnya pola pikir kita sebagai manusia yang sekarang ini harusnya kita mampu untuk mengaplikasikan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai hal. Tapi semua itu kembali ke diri kita masing-masing, apakah kita bangsa yang toleren atau tidak?

"Bhinneka Tunggal Ika"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUNDEN BERUNDAK: KOSEP KEAGAMAAN PRAAKSARA YANG MASIH DIGUNAKAN SAMPAI SEKARANG

          Perkembangan peradaban manusia purba di wilayah Indonesia pada masa itu sungguh sangat lah pesat, ini dapat dibuktikan dengan ban...